Kuningan, UPMKNews -- Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran. Termasuk di dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi tersebut sejalan pula dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa pada semua model kompetensi dasar guru selalu menggambarkan dan mensyaratkan adanya kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Sebab kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran  merupakan kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh setiap guru dan calon guru.

Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu komponen yang tak kalah penting dengan proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses pembelajaran menjadi sangat penting. Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peseta didik. Sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu pengajar merencanakan strategi pembelajaran. Bagi peserta didik sendiri, sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya.

Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan melalui kegiatan pengukuran dan nilai pembelajaran. Pengukuran yang di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.

Tujuan dari evaluasi pembelajaran dikategorikan kepada dua jenis yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, b. Memungkinkan para pendidik dalam menilai aktivitas atau pengalaman mengajar yang telah dilaksanakan, c. Mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode mengajar yang telah dipergunakan.

Berdasarkan bentuknya tes dibagi menjadi: tes secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik: Faktor Internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri anak. 1) Faktor Fisiologis, secara umum kondisi fisiologis berhubungan dengan kondisi fisik individu, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek terutama pancaindra, pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. 2) Faktor Psikologis, setiap individu peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang timbul dari luar diri anak. 1) Faktor Lingkungan Sosial, faktor lingkungan sosial ini meliputi lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga. 2) Faktor Lingkungan Nasional, meliputi lingkungan alamiah, faktor lingkungan instrumental, dan faktor materi pelajaran (yang diajarkan pada siswa).

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi yang harus dikembangkan dan dilatihkan pada siswa melalui kegiatan pembelajaran. Sehingga kemampuan tersebut terus tumbuh dan berkembang karena kemampuan ini sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan.

Pembentukan minat belajar siswa bisa diupayakan dengan beberapa cara, diantaranya: Pertama, siswa diberi informasi sebanyak-banyaknya. Kedua, memberi sebuah rangsangan. Ketiga, memberikan rangsangan dapat diberikan melalui hadiah atau sanjungan oleh siswa yang bersangkutan terhadap obyek. Keempat, lebih mendekatkan siswa dengan obyek. Kelima, siswa dibawa kepada obyek atau siswa diikutkan pada kegiatan yang diadakan oleh obyek. Keenam, siswa dibimbing untuk belajar dari pengalamannya sendiri.

Sumber: Melati, Novita Yuliyanti, Elsa Siti Rachmah (Mahasiswa Aktif Prodi PGSD Semester 4 B STKIP Muhammadiyah Kuningan).